Thursday 29 December 2016

Mood Itu Dikejar, Bukan Ditunggu! (TWC Batch 6: Day 1)


Liburan tahun baru merupakan moment yang sangat ditunggu-tunggu bagi banyak orang untuk sejenak rehat dari rutinitas pekerjaan yang menjemukan hati dan pikiran. Beragam kegiatan banyak dilakukan untuk mengembalikan kewarasan yang semakin hari rasanya semakin menipis, diterjang oleh tumpukan pekerjaan yang juga rasanya tak kalah cepat perkembangbiakannya. Mayoritas masyarakat menggunakan moment libur tahun baru ini untuk berkumpul bersama keluarga besar di kampung halaman, mengunjungi tempat-tempat wisata, mencicipi berbagai kuliner di penjuru nusantara, atau sekedar berdiam diri di kamar seharian menuntaskan buku-buku sambil ditemani iringan musik. Saya termasuk kelompok yang terakhir, memilih menghabiskan waktu libur untuk bersantai seharian dan membaca habis novel-novel yang belum sempat saya baca akibat terlalu lelah bekerja. Tetapi ada satu hal yang membuat saya rela meninggalkan liburan saya yang berharga itu: Teacher Writing Camp (TWC) Batch 6. Apa itu? Apa yang menarik dari kegiatan itu sehingga membuat saya mau 'menyia-nyiakan' libur tahun baru yang langka ini?


Pertama kali saya mengetahui informasi adanya kegiatan TWC Batch 6 dari kepala sekolah tempat saya bekerja, tanpa pikir panjang saya langsung memutuskan untuk mengikuti kegiatan tersebut. TWC Batch 6 merupakan sebuah pelatihan menulis bagi guru se- Indonesia yang diprakarsai oleh Komunitas Sejuta Guru Nge-Blog (KSGN). Bagi saya yang sedang hot-hot-nya menulis, terutama di blog ini, tentunya merasa sangat tertarik. TWC Batch 6 berlangsung pada tanggal 29-31 Desember 2016 di Wisma UNJ Rawamangun. Saya yang awalnya tidak mempunyai rencana apa-apa untuk mengisi liburan tahun baru, tiba-tiba saja langsung terbesit di pikiran saya: "Akhirnya gue punya rencana liburan".

Beberapa orang akan menganggap bahwasannya "Libur-libur gini pelatihan? Gak ngebul otak lo? Orang mah jalan-jalan, refreshing". Nah. Justru otak saya ngebul kalau libur beberapa hari dihabiskan untuk jalan-jalan, ngebul mikirin rekening jadi menipis, hehe. Menurut saya, inilah refreshing. TWC Batch 6 merupakan penyegaran bagi saya, karena di sinilah saya dapat mengembangkan apa yang menjadi passion saya selama ini. Bukankah jika kita melakukan apa yang menjadi kesukaan kita maka semuanya akan terasa enak? Admit it. TWC Batch 6 betul-betul 'memeras' kemampuan saya semaksimal mungkin dalam mengembangkan bakat kepenulisan saya. Hal ini terlihat jelas dalam rundown acara yang sangat padat, bahkan hingga pukul 12 malam, sedangkan pukul 4 pagi sudah diharuskan untuk memulai kegiatan kembali. Saya tidak takut, tidak juga menyesal saat satu hari sebelumnya diberikan gambaran rundown yang akan dijalankan tersebut, saya semakin tidak sabar menjalaninya.

TWC Batch 6 terdiri atas serangkaian materi yang diberikan oleh para narasumber yang sudah tak asing lagi dalam dunia penulisan. Sebut saja Wijaya Kusumah, atau biasa dipanggil Om Jay, blogger yang namanya sudah tak asing lagi, khususnya dalam dunia pendidikan. Ada lagi Namin AB Ibnu Solihin, founder motivatorpendidikan.com, juga memberikan materi pada kegiatan TWC Batch 6. Tak ketinggalan, kepala sekolah SMP Islam Mentari Indonesia tempat saya bekerja, Bhayu Sulistiawan, ikut menjadi narasumber dalam kegiatan ini, dan beberapa narasumber lainnya yang akan saya jelaskan nanti. TWC Batch 6 tak hanya diisi dengan materi-materi bersifat teoritis saja, namun juga dilengkapi dengan latihan langsung berupa writing challange yang merupakan strategi panitia untuk memacu adrenalin peserta sehingga menekan rasa kantuk 😂😂😂 yang memacu seluruh peserta untuk mengembangkan bakat menulisnya.

Hari pertama pelaksanaan TWC Batch 6 jatuh pada hari ini yaitu Kamis, 29 Desember 2016. Acara dibuka oleh Om Jay, dan langsung dilanjutkan dengan 7 materi beserta latihannya. Pusing? Penat? Bosan? Sama sekali tidak. Para pemateri TWC Batch 6 merupakan orang-orang hebat yang mampu membawa suasana belajar menjadi sangat menyenangkan. Siapa saja mereka? Apa saja yang saya dapatkan dari hari pertama TWC Batch 6? Berikut ulasannya.

Materi pertama dibuka oleh Siti Amalia, S.Pd (Mbak Amel), alumni TWC Batch 4 yang kini sudah menerbitkan 2 buku. Tema yang beliau bawakan adalah "Menjadi Guru Inspiratif dengan Menulis". Inti dari keseluruhan materi beliau adalah, HOW TO WRITE? JUST WRITE IT. Mungkin kalimat itu terdengar cliché bagi Anda, dan juga bagi saya sebenarnya. "Yaa, kamu enak tinggal bilang 'tulis aja, gausah terlalu banyak mikirin bagus atau jeleknya', soalnya tulisan kamu kan emang bagus". That kind of thought is so wrong on so many levels. You just blocked your mental in very beautiful way. Mbak Amel kembali mengejutkan isi kepala saya dengan her keys of writing, yaitu praying, just write it, reading, dan discussion. Satu hal yang sangat membekas dalam pikiran saya, HOW CAN YOU KNOW THAT A RESTAURANT HAS AN AMAZING MENU IF YOU HAVEN'T TRIED IT? Bagaimana seseorang bisa menilai tulisan saya apabila saya tidak pernah mempublikasikannya?

Sesi Mbak Amel memberikan kesan lebih pada saya. Pertama, beliau menyarankan suatu hal yang sejatinya sudah saya terapkan di blog ini. Apa itu? Jika Anda merasa kehabisan ide, just express your feelings. I've done it. I shared my feelings, about someone or something, got some solutions, and I have one new entry. What a win-win solution. Saya merasakan hal tersebut berkesan adalah, berarti saya telah melakukan satu hal yang benar, walaupun tidak ada benar-salah yang mutlak dalam penulisan, yang disarankan oleh seorang penulis handal. Hal kedua yang saya rasa berkesan adalah, saya memenangkan kontes menulis yang diadakan sebagai sesi latihan! What a life. Bagi saya yang jarang sekali mendapatkan penghargaan, hadiah gantungan kunci dan pena yang diberikan Mbak Amel sangatlah berarti bagi saya. Kemenangan itu membuat saya semakin semangat mengikuti TWC Batch 6 ini.
 
Menulis singkat tentang ringkasan materi dari Mbak Amel

Hadiahnya, YEAY!

Sesi berikutnya diisi oleh Awang Surya, ST. MM (Pak Awang) seorang penulis yang sudah banyak menerbitkan buku, salah satunya adalah "Kiai Gokil". Beliau membawa materi berjudul "Cara Kreatif Menulis Buku". Ada satu kutipan dari Imam Al-Ghazali yang saya dapatkan dari sesi ini, yaitu "Kalau kau bukan anak raja, dan kau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis.". MENOHOK. Saat itu juga saya teringat ungkapan latin, VERBA VOLANT SCRIPTA MANENT, yang artinya "Ucapan akan hilang, tulisan akan tinggal". Hal yang membekas di kepala saya dari rangkaian materi ini adalah, just walk your path and you will find your own way because ideas come from every way. Cukup berbekas di hati saya sebagai seorang yang sangat memikirkan apa pendapat orang lain terhadap saya, dan karya saya, bahwasannya cantik itu relatif.

Sesi selanjutnya dibawakan oleh Fajaruddien Zakiany, S.Sos, Pjs. Djalaluddin Pane Foundation (DPF), yang bercerita tentang program-program yang dilakukan oleh DPF dalam rangka meningkatkan kemampuan komputerisasi di sekolah-sekolah yang berada di daerah, terutama Sumatera Utara. Selengkapnya bisa dilihat di website djalaluddinpane.org.

Keterampilan menulis akan semakin baik jika didukung dengan keterampilan berbicara, atau biasa disebut dengan Public Speaking. Bukan tidak mungkin seorang penulis diundang dalam suatu acara untuk mempromosikan karyanya. Bahkan yang paling mungkin adalah seorang penulis tentunya akan melakukan launching karyanya, yang disertai dengan penjelasan mengenai apa yang ia tulis. Materi public speaking kali ini dibawakan oleh Namin AB Ibnu Solihin, yang dilanjutkan dengan sharing mengenai self publishing berdasarkan pengalaman beliau. Mixed feelings kembali merasuki jiwa saya, ya, karena saya kembali memenangkan kontes! Kali ini bukan tentang menulis, melainkan praktek langsung public speaking, yaitu menjelaskan sesuatu kepada penonton, tanpa adanya jeda dalam pembicaraan atau biasa kita lakukan dengan "eeeeee....". I've done Thirty Seconds Without "eee..." challange from Mr. Namin! 

Buat ngopi
Kemampuan penulisan seseorang tentunya juga didukung oleh banyaknya riset yang ia lakukan. Mendengar kata 'riset' tentunya langsung membuat sebagian dari kita lemas seketika. Tenang, Wilson Lalengke, S.Pd, M.Sc, M.A (Pak Wilson) membuka mata kita semua dengan pengertian luas dari riset. Apakah itu? Beliau membawakan materi yang berjudul "Jurnalisme Warga Sebagai Wadah Pendidikan Warga". Ya, jurnalisme. Jurnalisme identik tentang melaporkan berdasarkan pengamatan langsung yang telah dilakukan. Dengan mengamati suatu kejadian secara langsung biasanya dengan mudah kita menuangkannya menjadi suatu tulisan. Tak lupa beliau mengingatkan saya kembali unsur-unsur penulisan yang terdiri atas 4W1H.

Menjadi seorang penulis tentunya tak lepas dari bagaimana kita melakukan branding terhadap diri sendiri dan tentunya karya-karya yang pernah kita buat. Personal branding merupakan hal terpenting untuk membawa agar karya-karya yang kita buat dapat dikenal oleh orang lain. Hal ini yang dibawa oleh pakar hipnosis, Sudarma, S.Pd, SST, MT (Pak Darma) dalam materinya yang berjudul "Menjadi Guru Kaya dari Menulis". Tak lupa beliau memberikan contoh personal branding yang beliau lakukan selama ini, dan langsung memberikan challange kepada para peserta untuk membuat personal branding masing-masing. YANG MANA HINGGA DETIK INI SAYA BELUM MEMBUATNYA HEHE MAAPIN BARBIE PAK DARMA.

Sesi terakhir dibawakan oleh Juli Dwi Susanti (Miss Julie), seorang blogger yang sudah aktif di banyak kegiatan penulisan. Pembawaan Miss Julie yang enerjik membuat para peserta, terutama saya, tetap semangat mengikuti materi walaupun waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam. Yeah, ditambah dengan 2 gelas kopi hitam, sih, hehe. "Cara Kreatif Menulis di Blog" yang dibawakan oleh Miss Julie sebagian besar sudah saya terapkan, namun satu hal yang saya ambil dari beliau, dan juga narasumber lainnya adalah, MENULISLAH SETIAP HARI DAN BUKTIKAN APA YANG AKAN TERJADI.

Hari pertama TWC Batch 6 ditutup dengan membuat narasi tentang kegiatan apa saja yang sudah dilewatkan seharian tadi. Tugas ini membuat tugas dari Pak Darma semakin tersingkir saja, hehe peace, Pak! Secara umum TWC Batch 6 membawa suatu perubahan baru bagi saya. Saya terbiasa menulis dengan kondisi yang mendukung bagi mengalirnya insipirasi dan ide-ide di kepala saya menjadi sebuah tulisan. Nocturnal mode: ON, suasana sunyi, cemilan banyak, kopi panas, dan sebagainya yang berujung pada saya baca webtoon sambil ngemil. Kopi abis, cemilan abis, tulisan ga nambah. Mau mulai nulis lagi, 'senjata'nya udah abis. Gitu aja terus sampai Park Seo Joon dateng ke rumah saya. Alias ga mungkin dan ga bakal kelar-kelar. Pada TWC Batch 6 ini saya 'dipaksa' untuk dapat menulis di tengah-tengah berbagai tekanan. Menulis langsung di atas block note dalam waktu yang sangat terbatas, memaksa saya untuk tidak 'memanjakan' isi kepala saya dengan menuangkan langsung apa yang terlintas di sana ke dalam sebuah tulisan. Waktu yang sempit juga memaksa saya untuk tetap menulis di atas meja saya, yang mana ruangan pelatihan ini dipenuhi oleh lebih dari 20 orang dengan keributannya masing-masing yang ditambah musik kumpreng-kumpreng dari operator, tidak ada waktu untuk mencari tempat yang lebih tenang dan kondusif yang memanjakan. Bermacam-macam writing challange diadakan untuk memaksa para peserta menyelesaikan tulisannya dalam kondisi apapun. Seperti tulisan ini, yang saya buat dengan mengerahkan kemampuan isi kepala saya semaksimal mungkin.

TWC Batch 6 masih berlanjut hingga 2 hari ke depan. Kira-kira kejutan apa lagi yang sudah disiapkan oleh para narasumber?  Stay tune!

P.S.: Setelah tulisan ini selesai diterbitkan, bukan berarti 'penyiksaan' ini selesai, saya masih harus menyelesaikan challange dari Pak Darma. XOXO

2 comments:

  1. pasti nyesel ikuttwc6, soalnya kenapa gak dari dulu hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Couldnt agree more, Om Jay.
      Terima kasih atas inspirasi dan motivasinya selama di TWC 6, Om Jay dan kawan-kawan :)

      (Too excited karena dikomen mastah)

      Delete